Minggu, 06 Mei 2012

cerpen. penyesalan di bawah pohon jati


Sore hari yang cerah nan indah di bawah pohon yang tak berdaun itu, suara burung-burung indah nan merdu terdengar, himpitan suara seorang anak kecil tanpa bapak sedang berdiam diri di pojok sambil memakan makanan yang telah di siapkan sebelum berangkat. Tiba-tiba datang seorang temannya yang bernama faiz dan berkata padanya , , , ,
            “ sedang apa kau di sini ya david” ? ucap dengan nada penasaran.
Aku sedang menunggu teman saya yang akan mengajari ku bagaimana merawat hewan kesayangan, kenapa ?
“ Tidak apa-apa”,
“Aku heran aja”, merawat hewan aja nunggu teman yang ngajari.
“ Apa kamu memang benar-benar gak bisa ? tanya faiz ke david.
“ sebenarnya aku bisa”, tapi aku takut kejadian ku terulang untuk kedua kalinya dalam merawat hewan kesayangan.
Memangnya apa yang pernah kamu lakukan dalam hewan piaran kamu vid ?
Hewan piara’an ku mati karena kecerobohan ku dalam merawat hewan.
Ketika itu, mereka berdua merenung akan hal yang terjadi pada hewan piarannya. Hewan piaraan yang amat sangat di sayang membuat akan fikiran dan hati mereka berdua terhenyut dalam kesedihan yang amat sangat menyesal. Penyesalan yang ada dalam mereka berdua membawa nilai tersendiri untuk mereka berdua. Pohon jati yang menjadi pijakan mereka berdua telah menjadi saksi bisu akan kesaksian salah seorang insan terbelenggu akan penyesalan tiada akhir.
Matahari yang akan tidur di kala itu, suara kambing yang saling bersaingan dengan yang lainnya dan gemricik air telah mendengar apa yang di sampaikan oleh salah satu insan tersebut. 
“ masih lama kah orang yang kamu tunggu wahai saudara ku” ? ucap dengan rasa ingin tahu.
“Bentar lagi mungkin datang, kamu mau kemana kok kelihatannya terburu-buru” ? Tanya anak yang memegang makanan ringan tersebut.
“Oh tidak apa-apa vid”, , , ,
Faiz, , , , ,
Lihatlah pohon ini, pohon yang besar nan kuat isinya, besar batangnya, tetapi sangat di sayangkan sekali, rantingnya yang banyak kelihatan kurang bagus tanpa ada dedaunan yang menempel pada ranting tersebut. Alangkah indahnya ketika daun-daun yang hijau nan banyak ada di ranting dan menjadikan pemandangan bak di pesisir pegunungan.
“ Iya teman ” , , , , ,
Seperti yang telah kamu ketahui, sekarang adalah musim kemarau, musim yang menggugurkan akan keindahan dedaunan kerindangan pepohonan, musin yang menyayat keringat kehidupan dan mengeluarkan keringat-keringat kepayahan akan terik sinar mentari di kala itu.
Bagus sekali kata-kata kamu kawan , , , , ,
Alangkah baiknya jika kata-kata indah bak rentetan bintang di langit di kembangkan menjadi sebuah kumpulan kalimat yang bernuansa seni nan sastra,
“ iya faiz terima kasih banyak atas perhatianmu barusan” , , , ,
Aku masih berfikir bagaimana aku merawat hewan yang aku sayang agar tidak seperti yang dulu lagi ?
Iya iya aku tahu apa yang kamu harapkan vid.
Tiba-tiba terdengar suara, , , , , ,
“ hai” , , , ,hai , , , , hai , , , ,
Ma’af ya kawan , , , , ,
Ada apa vid, katanya kamu ingin aku ajari tentang bagaimana cara merawat hewan dengan baik ? padahal aku juga masih belum bisa merawat hewan dengan baik.
Oh tidak begitu.
Aku lihat banyak hewan piara’an di rumah kamu, dan aku rasa kam bisa dikatakan berhasil dalam merawat hewan piara’an tersebut.
Oh itu yang membuat kamu menyuruh aku untuk mengajari kamu bagaimana cara merawat hewan.
Intinya dalam merawat hewan itu, kamu harus tahu bagaimana kondisi hewan yang telah kamu rawat di kala itu dan jangan lupa untuk memberi makan tepat waktu sesuai kadarnya.
Itu aja pesan dari aku.
Terima kasih ya sob.
Ayo kita pulang bareng-bareng.
Ketika itulah tiga sejoli tersebut pulang dengan ditemani indahnya waktu sore hari dan berkicauan burung kenari di pinggir kebun.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar